Qur'an Flash

Qur'an Flash
"Dan Bacalah Qur'an dengan tartil" (sangat berguna terutama bagi mereka yang sedang haidh atau nifas yang tidak memungkinkan untuk menyentuh qur'an secara langsung)

Senin, 09 Mei 2011

Sop Kikil

Masak kikil yuk....

Sop Kikil Jamur Kuping, heheh...jamurnya ketutup daun jeruk dan seledri, ckckc...


Bahan:
1. Kikil yang sudah dicuci bersih (1/2 kg, plus tulangnya)
2. Bawang merah (3 siung)
3. Bawang putih (3 siung)
4. Lengkuas (3 cm)
5. Jahe (3 cm)
6. Kayu manis ( 2cm)
7. Cengkeh (3-4 bj)
8. Serai (1 btg)
9. Daun Jeruk ( 3-4 lbr)
10. Merica (1/2 sdt)
11. Garam
12. Bawang goreng dan seledri (utk taburan)
13. Jamur kuping (kalau suka)

Cara Membuat:
1. Rebus kikil sampai lembut (kalau saya, direbus di panci presto sekitar 30 menit setelah uap keluar, tapi kalau mau lebih lembut lagi bisa sampai 40 menit). Setelah matang, tiriskan, dan sisihkan.
2. Haluskan bawang merah, bawang putih, dan merica. Tumis bumbu halus sampai harum, lalu masukkan air. 
3. Memarkan lengkuas, jahe, dan serai, lalu masukkan ke dalam air rebusan. Kemudian masukkan daun jeruk, cengkeh, dan kayu manis. Didihkan sebentar.
4. Masukkan kikil yang sudah lembut tadi, rebus hingga sedikit keluar minyak dari kikil tersebut. Beri garam dan cicipi, masukkan jamur kuping (jika suka), lalu rebus sebentar.
5. Taburkan bawang goreng dan seledri diatasnya.


note: ini versi sop kikil yang sesuai selera keluarga saya, hehehe....jadi silahkan kalau mau dicoba..
baca selengkapnya - Sop Kikil

Teman, Maaf Jika Ternyata Aku Menyakitimu

Wahai teman, kau bercanda dan bergurau
Mengisi kehampaan disekelilingmu dengan tawa
Namun, aku menyakitimu!
Aku diam karena dalam candamu ada candu kebohongan
Maaf teman, aku tak sanggup tertawa.

Wahai teman, kau bersedih dan melamun
Meratapi sebuah taqdir yang kau ingkari
Namun, aku menyakitimu!
Aku diam karena dalam pengingkaranmu mengundang kemungkaran-NYA
Maaf teman, aku tak sanggup bersedih.

Wahai teman, kau semangat dan optimis
Menjalani sebuah manhaj berkedok Islam
Dimana mereka mengibarkan bendera kebid'ahan dan kekufuran
Namun, aku menyakitimu!
Aku diam karena pangkal langkahmu sebuah kesalahan,
dan berujung pada jurang kegelapan
Maaf teman, aku tak sanggup mengikutimu

Wahai teman, kau merona dan tersipu malu
Menyusup dalam qalbumu sekeping cinta
Menatap seseorang yang belum halal bagimu
Dan aku menyakitimu!
Aku diam karena susupan itu mengeluarkan kehormatanmu dari kotak kemulyaanmu
Maaf teman, aku tak sanggup mendukungmu.

Wahai teman, kau senandungkan nada-nada itu
Kau katakan sebagai penyemangat ruhmu
Melalaikanmu dari Kalamullah
Dan sekali lagi, aku menyakitimu!
Aku diam, karena senandung itu hanya menipumu dan melalaikanmu
Maaf teman, aku tak sanggup mendengarnya.

Wahai teman, mungkin...
kau akan menatapku heran dan asing
kau akan mengernyitkan dahimu dan memenuhi otakmu dengan sejuta pertanyaan
kau akan mulai menjaga jarak denganku
kau akan lebih memperhatikan penampilanku yang mulai berubah
kau akan mulai menjauhiku
kau akan mulai menganggapku aneh dan menyebalkan

Maaf teman, bukan maksud hatiku menyakitimu
Namun, aku hanya bisa diam ketika dua memori bertabrakan
Memori bersamamu dan memori ketika hidayah itu menghampiriku
Hidayah yang menuntunku untuk kembali ke jalan-NYA
dan aku tak punya pilihan kecuali aku harus kembali.

Maaf teman, aku hanya bisa diam
dan maaf jika ternyata aku hanya menyakitimu
Jika kelak aku sanggup berkata, maukah engaku mendengarku?
baca selengkapnya - Teman, Maaf Jika Ternyata Aku Menyakitimu

Minggu, 08 Mei 2011

Langkah Pertama Rumaisha

Bismillah, 
MasyaALLAH,
Alhamdulillah



Kata-kata itu pertama kali saya torehkan dalam sanjungan dan pujian atas-Nya, melihat sang buah hati kami melangkahkan kakinya untuk pertama kali, 3 langkah, kemudian terjatuh.

Bisa dikatakan saya termasuk ibu yang "khawatiran" terhadap anaknya. Mengapa? Jujur saja, kalau sebelumnya saya tidak pernah merawat bayi, dan tidak ada minat mempelajarinya sebelum menikah. Terlalu sibuk mengurusi anak orang kali ya, hehehe...Baru sesaat sebelum menikah sedikit baca-baca tentang tarbiyah anak. Paska menikah, juga masih berkutat tentang tarbiyah anak, pun saat hamil. Hanya sesekali melihat video-video dari YouTube tentang bagaimana cara memandikan, mengganti popok, membedong, menyusui, menidurkan, dll. Alhasil setelah melahirkan, saya cukup bingung untuk merawat anak sendiri, hehehe....(sekarang baru bisa tertawa dan menyadari betapa kurangnya diri, hehehe...).

Mengapa saya bingung, padahal saya membaca dan menonton beberapa teori tentang merawat anak? Karena saya hanya punya "teori", tidak ada yang membantu dan memberi contoh. Maklumlah saya hanya tinggal berdua dengan suami saya di kota Riyadh ini. Dan tentu saja, bayi pertama kami "terpaksa" dengan senang hati menerima perawatan "trial en error".

Kekhawatiran muncul ketika satu bulan pertama, maisha selalu muntah setelah menyusui (padahal sudah disendawakan dengan cara diberdirikan, di tepuk punggungnya, ditengkurapkan, sebagian besar metode hasil tanya-tanya ibu-ibu yang berpengalaman).

Bulan kedua, tiba-tiba Rumaisha bergerak seperti orang yang kejang, gerakan tangan dan kaki yang berulang-ulang, namun nafasnya teratur dan matanya tertutup (tetap tidur). Dua kali, ya dua kali seperti ini, dan yang paling lama hampir satu menit. Deg deg deg....rasanya saya mau nangis, dan ilmu sabar sepertinya hilang, allaahumusta'an.

Bulan ketiga, "drooling", mengences terus menerus, subhanallaah maisha, saya kira mau tumbuh gigi, eh giginya nggak tumbuh-tumbuh, sedikit khawatir, namun ketika dibandingkan dengan anak tetangga, ternyata tidak apa-apa.

Bulan keempat dan kelima, melihat anak-anak yang berbeda sedikit umurnya dengan maisha, sudah bisa tengkurap, senyum sosial, dan mau digendong orang. Awalnya gak terlalu peduli. Namun ketika ibu-ibu yang lain membandingkan anak mereka dengan anak saya, agak khawatir juga. Saya coba menenangkan diri, karena menurut ilmu yang saya pelajari perkembangan maisha masih normal, walaupun untuk sekarang dia agak terlambat dalam hal tengkurap ini. Tapi ibu-ibu ini (sempat saya kesal sama mereka), terkesan senang sekali membandingkan anak mereka dengan anak saya, ibu A berkata," iya anak saya umur segitu sudah bisa begini, maisha belum ya, oooh...." Ibu B berkata, "ini anak saya 2,5 bulan sudah bisa menyeret-nyeret badannya, maisha gmn? Belum mau ya? mungkin badannya berat...." Aduuuuuh, pliiiiis deh.....pokoknya saya sudah tidak suka kalau berkumpul dengan ibu-ibu (cuma yang jenis ini, gak semuanya, yang lain ada juga yang menyenangkan diajak diskusi dan tidak memojokkan) dan membicarakan keterlambatan maisha. Mau bagaimanapun saya tersenyum, tapi perkataan mereka mengkhawatirkan perasaan saya, fiuuh....Dalam hati saya suka bertanya, bagaimana ya kalau mereka ada di posisi saya, tapi sudahlah...Satu pelajaran yang saya tangkap:  tetap bersyukur (masih banyak anak yang keadaannya tidak seberuntung maisha, misal: cacat, dsb), dan jangan perlakukan ibu-ibu muda (yang belum berpengalaman) seperti ini (maksudnya membandingkan, memojokkan, memuji anak sendiri, mungkin tanpa disadari), karena mungkin mereka juga akan sakit hati sama seperti saya.

Menuju bulan keenam (tepatnya 5,5 bulan), Maisha tengkurap, alhamdulillah....dan dari umur inilah perkembangannya sedikit lebih cepat. Akhirnya saya bisa bernapas lega...Umur 6 bulan, dari tengkurap dia berbalik, berguling-guling, dan beberapa kali jatuh dari tempat tidur (astagfirullaah, 'afwan ya nak...). Umur 7,5 bulan mulai merangkak, duduk sendiri (sudah tegak dan bisa dilepas, bisa berganti-ganti posisi). Umur 9 bulan, berdiri sendiri tanpa pegangan selama 3 detik, dan mulai merambat. Kini umur 12 bulan, dia mulai melangkahkan kakinya 3 langkah. Melangkah dengan sendirinya, masyaALLAH....

Langkah-langkah perkembangannya sedikit demi sedikit menghapus kekhawatiran saya, menghapus rasa kesal saya, menghapus rasa sedih saya. Langkah pertamanya sedikit demi sedikit menghapus rasa letih, mengajarkan sebuah perasaan yang menenangkan.

Ya...pada langkah pertamanya ada rasa takjub yang muncul, masyaALLAH, takjub dengan skenario ALLAH dalam tumbuh kembang anak, takjub dengan rangkaian kehidupan yang telah Ia gariskan, masyaALLAH...Saya tidak tahu perasaan apa yang ada di dalam hati, tapi yang jelas saya senang dan bersyukur, semakin yakin bahwa Allah-lah yang mengatur segalanya, sesuatu akan indah pada waktunya...iya kan?

Duhai anak, hari ini kami berbahagia karena engkau bisa melangkahkan kakimu untuk pertama kali, kekhawatiran yang lama memang hilang, dan berganti kekhawatiran yang baru. Barulah tersadari bahwa seorang ibu tidak pernah lepas rasa khawatir terhadap anaknya dalam dirinya.

Nak, hari ini kamu melangkah, dan ketahuilah bahwa dalam langkahmu kelak tak selamanya kau dapati jalan itu lurus dan mulus, adakalanya kau temukan belokan, kerikil, dan duri, dan kau harus tahu apa yang harus dilakukan saat itu.

Kami wasiatkan padamu nak,...sempurnakan langkahmu, kokohkan ia, di atas jalan Rabb yang membuatmu bisa melangkah....Allaah Huwa Ar-Rahman, Huwa Al-Aziiz...dan hanya kepada ALLAH lah tempat kami bersyukur...

Semoga ALLAH, memberimu hidayah iman dan islam, menggolongkanmu ke dalam golongan orang-orang muwahhidiin, orang-orang yang menegakkan sholat, orang-orang yang mencintai Al-Qur'an, orang-orang yang senantiasa menjadi penolong agama Allah.

Semoga ALLAH, menghiasi pribadimu dengan akhlaq yang baik, menjaga kehormatanmu dengan hijab yang sempurna, menjaga akhiratmu dengan amalan shoolih, hanya kepadaMu ya ALLAH kami memohon dalam beribadah dan ketaatan kepadaMu.

Wahai anak, buah hati kami, semoga Allah menjadikanmu anak yang sholih, menjadi penyejuk mata bagi kami, menjadi amal jariyah bagi kami, tidak menjadi fitnah bagi kami, dan menjadi wasilah bagi kami untuk semakin dekat padaMu, ya ALLAH.

Wahai anak cintailah Al-Qur'an maka Ia akan mencintaimu dan membuatmu mudah memahamiNya...

Alhamduillahirobbil'alamin, sesungguhnya Engkau Ya Allah, sebaik-baik pengabul do'a..

Alhamdulillaahirobbil'alamiin.




Allaahua'lam
baca selengkapnya - Langkah Pertama Rumaisha

Paru Goreng

Yup, kangen dengan masakan yang satu ini. Kalau di Indonesia, biasanya masakan ini saya beli di warung padang dan warung sunda. Perbedaannya: kalau di warung padang, parunya digoreng agak garing, sedangkan kalau di warung sunda, parunya digoreng agak basah. Tapi dua-duanya tetap enak, hehehe...

Karena di Riyadh sini, saya belum ketemu rumah makan padang, ataupun rumah makan sunda yang menjual masakan ini, jadi saya coba membuatnya sendiri. Ini resep setelah uji coba yang kedua kalinya, karena yang pertama gagal. Letak kegagalan pertama, karena saya tidak tahu kalau paru itu alot (soalnya penampilannya "enyoy-enyoy" gitu), maklum baru pertama lihat paru, biasanya langsung beli jadi, hehehe...Lalu saya coba searching, dan menurut resep di salah satu website, disebutkan harus direbus 3 jam. Dan eksperimen pun dimulai....setelah saya rebus selama 3 jam...tadaaaaaaaaaaaaaaa....si paru terlalu lembek, bahkan tidak bisa dipotong-potong, hiks...sedihnya...entah resepnya kurang sesuai, entah paru Saudi dan Indo berbeda, hehehe...tapi yah ga papa....akhirnya jadi ingin coba lagi...Ini resep eksperimen kedua, rada lumayanlah, alhamdulillaah....

Ini dia paru goreng, saya kasih tepung kanji sedikit, agar lebih garing, tapi tidak kering


Bahan:
1. Paru (1 kg)
2. Daun Salam (4-5 lbr)
3. Serai (3 btg)
4. Bawang putih (sktr 6 siung)
5. Merica bubuk (sckpnya)
6. Ketumbar bubuk (kalau saya suka agak banyak, 3-4 sdm)
7. Garam
8. Kunyit (sktr 2 cm)
9. Kemiri (5-6 bj)
10. Tepung kanji (sedikit)

Cara Membuat:
1. Rebus paru, bersama daun salam dan serai (dimemarkan). Kalau saya akhirnya menggunakan panci presto, sekitar 15-20 menit setelah uap keluar (bukan dari menyalakan api ya....)
2. Tumbuk halus bawang putih, merica, ketumbar, kemiri, dan kunyit. 
3. Setelah masak, tiriskan paru, dan diamkan sejenak. Setelah agak dingin, potong-potong paru dengan ketebalan sesuai selera.
4. Lumuri paru dengan bumbu halus dan garam, lalu simpan di kulkas sekitar 30 menit.
5. Keluarkan dari kulkas dan taburi paru dengan tepung kanji.
6. Goreng sampai matang.


Note: ini versi eksperimen yang kedua saya, mungkin Anda akan menemukan banyak versi dari cara memasak paru goreng, silahkan di coba saja, dan nggak perlu takut gagal...kegagalan dalam memasak, akan menambah skill Anda...hehehe...(menghibur.com, tapi beneran lho..)

catatan dari tetangga saya: 
Nah, kalau tetangga saya, dia memasak juga paru goreng versi garing (keripik paru). Bedanya paru yang sudah dimasak, diberi bumbu dan dimasukkan ke freezer. Setelah mengeras, dipotong tipis-tipis lalu digoreng.


baca selengkapnya - Paru Goreng

Senin, 02 Mei 2011

Sambal Ijo

Alhamdulillah, dikasih tomat hijau sehabis  makan di Restoran Chiang Mai (Thailand). Restoran ini tergolong ramai dikunjungi oleh orang-orang dari mancanegara, bahkan bule saja makan disini, padahal rempah-rempahnya kerasa banget.... Salah satu menu andalan keluarga saya adalah Tomyam, sejenis sop seafood namun kaya akan rempah-rempah...


Btw, ya sudahlah yah...kita nggak akan berbicara tentang restoran ini lebih jauh, tapi kita akan berbicara tentang nasib tomat hijau yang dikasih oleh pelayan restoran tersebut...


Tomat hijau jarang saya temukan di pasar/supermarket di Riyadh. Kalupun ada, harganya lumayan tinggi jika dibandingkan dengan tomat biasa, karena sayuran jenis ini merupakan sayuran impor. Jadi, mumpung dapat tomat ini gratis, saya putuskan membuat sambal ijo, sambal khas padang, yang mantap bangeed...(gejala kecanduan sambal hijau: on), hehe..


Sambal Ijo




Bahan:
1. Sambal Hijau (saya pakai yang besar, 10 buah)
2. Bawang Merah (sekitar 6-8 siung)
3. Tomat hijau (1 buah, saya dapat yang agak besar)
4. Garam
5. Teri Medan (Kalau suka, saya belum pernah bikin dengan teri medan, tapi kalau makannya sudah pernah, hehe...)


Cara Membuat:
1. Tumbuk kasar cabe hijau dan bawang merah, setelah semua tertumbuk, tumbuk tomat ala kadarnya (setelah diiris-iris).
2. Panaskan minyak untuk menumis (agak banyak sedikit, sekitar 5-6 sendok). Kl minyaknya bekas goreng daging, lebih enak lho, hehe...
3. Masukkan sambal yang telah ditumbuk, dan tumis hingga tercium bau cabe (warna hijaunya sedikit memudar)
4. Masukkan garam. Tambahkan teri medan yang sudah di goreng (jika suka).
5. Sajikan dengan nasi hangat.






note: Special thanks to my mother in law for this recipe.



baca selengkapnya - Sambal Ijo