Qur'an Flash

Qur'an Flash
"Dan Bacalah Qur'an dengan tartil" (sangat berguna terutama bagi mereka yang sedang haidh atau nifas yang tidak memungkinkan untuk menyentuh qur'an secara langsung)

Rabu, 26 Oktober 2011

Aneka Crochet dengan Dominasi Half Double Crochet

Hmm....ini saya coba kumpulkan hasil "coba-coba" dengan crochet/merenda. Hasil-hasil ini tergolong simpel, karena saya menggunakan dominasi half double crochet, hanya ditambahkan dengan hiasan-hiasan lain yang juga tergolong mudah untuk dilakukan. Mau coba? Semoga menginspirasi...



Untuk hasil di atas, saya membuat sarung bantal untuk sandaran tangan di mobil. Dasarnya murni 100% half double crochet. Saya ambil warna putih agar bisa mudah dikombinasi dengan warna lain. 
a. Untuk cara membuat bunganya bisa lihat di sini
b. Untuk cara membuat daunnya, silahkan lihat video di bawah ini (kalau saya tidak mengikutkan bagian pinggirnya, sehingga jadi seperti di atas, tanpa gerigi): 
  
                                                                          



Ini kotak tissue, seperti biasa, untuk dasar saya menggunakan 100% half double crochet, lalu saya hias dengan marigold flower, benang rajut warna emas, dan hiasan bunga kecil (beli di toko). Untuk cara membuat marigold flower bisa lihat petunjuk di bawah ini:




Di atas, tempat menyimpan bros. Tapi kalau saya, saya jadikan sebagai bungkus hadiah berupa bos, atau pernak-pernik. 100% half double crochet, namun di ujung atasnya sedikit kita beri spasi untuk memasukkan pita.

                                       


Bando karet. Dasarnya half double crochet, namun pinggirnya dihiasi dengan single crochet dengan warna yang berbeda. Di bagian belakang diberi karet.




Dompet, tempat HP, bungkus hadiah. Dasarnya 100% half double crochet. Disini hanya memainkan paduan warna dan hiasan-hiasan sederhana untuk mempercantik ditambak sedikit variasi dari double crochet pada bagian muka dompet.

Semoga menginspirasi.....tetap berkreasi!
baca selengkapnya - Aneka Crochet dengan Dominasi Half Double Crochet

Sabtu, 22 Oktober 2011

First Hand Painting Of My Daughter

First Hand Painting of My Daughter, although i think it's only a half way, heheh...keburu lihat air di taman, dan meninggalkan kegiatan paintingnya dengan cepat, hehe..(Ini hanya ada warna hijau, karena dirumah baru punya warna hijau, mungkin bisa dicoba warna lain untuk kesempatan yang lain.)
Tujuh belas bulan 3 minggu, umur Rumaisha saat ini. Saya agak bingung juga mencari kurikulum pendidikan untuk usia anak dini. Alhamdulillah setelah mencari-cari dari berbagai sumber, terutama dari situs "baby centre", saya menemukan metode-metode yang cukup unik dan mudah dilakukan untuk anak di bawah usia 2 tahun. Salah satunya adalah hand painting

Kalau di situs resminya disebut "paw painting", tapi karena saya pikir, untuk pertama kali, sebaiknya anak diberi kebebasan dalam melakukan apa yang menurutnya menarik jadi tidak perlu kita paksa anak untuk membuka tangannya, lalu mencetak sesuai bentuk tangan seperti yang disebutkan di sana. Apalagi anak saya agak tidak suka jika dipaksa melakukan sesuatu, dia akan marah dan melempar apa-apa yang ada didepannya, hehe...jadi saya biarkan saja dulu untuk sementara.

Untuk masalah alat: saya menggunakan pewarna makanan, kertas HVS, tikar, mangkok yang cukup bagi tangan anak untuk masuk dan keluar dengan mudah. Sedangkan untuk masalah tempat: saya lebih memilih di "outdoor". Pertimbangannya simpel, hehe...anak bisa merasakan udara bebas, mengenal apa-apa yang ada disekelilingnya (apalagi di Riyadh, kesempatan bagi kami untuk keluar ke taman hanya ada pada waktu libur), dan ibu tidak perlu terlalu khawatir akan "warna-warni" yang akan menghiasi lantai rumahnya, hehe..

Tujuan kegiatan ini: mengenalkan anak pada warna, melatih kreativitas anak.
Metodenya: Tuangkan pewarna makanan kedalam mangkok secukupnya. Siapkan kertas HVS Lapis 2. Alas dengan tikar/koran/plastik. Dudukkan anak dihadapan kertas, dan kita contohkan untuk mengambil warna dengan jari dan melukisnya diatas kertas. Rata-rata anak seumur ini senang coret-coret dan meniru, hehe...jadi mari kita fasilitasi dengan benar.

Ini merupakan kesempatan pertama bagi saya dalam mendidik anak, sehingga masih sangat butuh pengalaman dari ibu-ibu yang lain. Jika ada teman-teman yang punya ide brilian tentang pendidikan anak, tolong di share ya.. Jazaakumullaahukhoyr, semoga bermanfaat.
baca selengkapnya - First Hand Painting Of My Daughter

Mpek-Mpek Ikan Teri

Yup, gak salah baca koq...kali ini saya mencoba membuat mpek-mpek dari ikan teri dengan sedikit modifikasi dari berbagai "guru"yang bersedia share hasil racikannya ke saya.
Mpek-mpek ikan teri ini, berasal dari ide tetangga saya sewaktu saya masih di Bandung. Rasanya enak walaupun memang tidak bisa dibandingkan dengan mpek-mpek ikan tenggiri...hahah...tetep lah...ada barang ada harga...hehe...but i think it's also delicious en it's cheaper, hehe... Yah...gak di Indonesia saja ternyata dimana harga ikan tenggiri itu mahal, di Saudi juga bisa dibilang relatif mahal (ikan yang muda: sekitar 28 SR/kg, sedangkan ikan yang "tua" (i mean, it's very good, if you want to make mpek-mpek with this kind of fish meat) sekitar 42 SR/kg). Heehehe...jadi bisa kita ganti dengan ikan teri dan dapat tambahan kalsium ekstra tentunya kaan...?!


Saya coba dengan resep ini:

Mpek-mpek Ikan Teri sebelum di goreng (dilumuri sedikit dengan tepung kanji)

Bahan:
1. Ikan teri  4 sdk makan (karena ini percobaan, jadi saya bikin sedikit dulu)
2. Bawang putih 3 siung
3. Tepung terigu 2 sdk makan
4. Butter/ margarine 2 sdk makan
5. Telur 1 bh
6. Tepung kanji (secukupnya, saya tidak menghitung berapa ukurannya, yang penting sampai tidak lengket dan bisa dibentuk)

Cara Membuat:
1. Blender bawang putih dengan air 1/3 gelas sampai halus. Lalu masukkan ikan teri, dan blender sampai halus. Sisihkan.
2. Cairkan butter/margarine, lalu masukkan tepung terigu, kemudian masukkan adonan ikan teri tadi, lalu masak diatas api kecil, hingga mengental, dan tidak lengket di panci. (adonannya harus benar-benar kental dan bisa diangkat pakai sendok tanpa meninggalkan sisa di panci).
3. Daimkan adonan no.2 tersebut sampai dingin. (Kalau saya, saya masukkan ke dalam lemari es, sampai agak dingin)
4. Aduk adonan tersebut dengan telur, hingga kental, dan adonan tidak lengket ditangan. (Awal mengaduk pasti akan lengekt di tangan, namun terus diaduk hingga adonan tidak terlalu lengket.)
5. Masukkan tepung kanji, sedikit demi sedikit, lalu aduk perlahan menggunakan ujung-ujung jari saja, tidak perlu seperti mengulen roti (menggunakan telapak tangan) sampai tidak lengket ditangan.
6. Lalu bentuk sesuai selera. (Kalau saya lebih suka bentuk lenjer, jadi semuanya saya benuk lenjer, hehehe...)
7. Masukkan ke dalam air rebusan yang sudah mendidih dan diberi sedikit minyak. Rebus hingga mpek-mpek mengapung. Setelah mengapung bisa dikukus sebentar, untuk memastikan bahwa bagian dalamnya matang. Kalau nggak dikukus juga gak apa-apa.
8. Tiriskan mpek-mpek yang sudah mengapung, taburi tepung kanji sebelum di simpan.
9. Kalau mau disajikan, bisa digoreng dulu, atau dikukus lagi. Sajikan dengan kuah cuko.

Note:
1. Jangan tambah air selain untuk memblender ikan teri itu aja yah...
2. Kalau ikan terinya tidak asin, bisa ditambah garam, tapi kalau asin, tidak perlu ditambah, insyaALLAH udah cukup koq.

Setelah digoreng, warna putihnya sisa-sisa dari tepung kanji

Setelah dipotong-potong dan diberi kuah (memanfaatkan cuko yang masih ada di kulkas, hehe..)



Thanks to:
1. Tetangga saya, Ibu Tuti atas ide mpek-mpek terinya.
2. Teman kantor mertua saya, atas proses mpek-mpek yang menguleni bahan dasar dengan kuat, namun setelah dicampur terigu tidak boleh diuleni seperti mengulen roti.
3. Tetangga saya di Saudi, Teh Ima, atas tipsnya menggunakan tepung terigu dan butter.

baca selengkapnya - Mpek-Mpek Ikan Teri

Jumat, 07 Oktober 2011

Kelilingilah Bumi ALLAH, dan Ambil Hikmahnya!

Assalaamu'alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh....
Fiuuh.....alhamdulillaah bisa juga menghadap PC dan menulis kembali di blog ini, dan yang paling penting bisa berbagi hikmah dengan teman-teman semua.

Yap, sekitar 2,5 bulan yang lalu, kami sekeluarga mengadakan acara "pulang kampung" ke Indonesia, dalam rangka mengunjungi orang tua dan mempererat silaturahmi dengan sanak keluarga. Memang sudah menjadi kebiasaan di Riyadh, ketika tiba masa akhir belajar di Lembaga Pendidikan, pemerintah akan memberi kesempatan untuk "beristirahat" (baca:libur) selama dua bulan, termasuk didalamnya suami saya yang kala itu statusnya masih mahasiswa di salah satu universitas di sini. Masa panjang ini, biasa digunakan oleh orang-orang non-Saudi untuk kembali ke negaranya masing-masing dalam rangka lepas rindu dengan keluarga. Ada juga yang melangsungkan pernikahan, atau mencari sambilan di negara lain, dan hal-hal lain yang bisa dilakukan dan mendatangkan keuntungan baik dari segi materi ataupun ruhani.

Kesempatan libur kali ini, adalah kesempatan pertama bagi anak saya, Rumaisha untuk mengenal Tanah Airnya. Mengingat ia lahir di Riyadh, dan selama 14 bulan hanya mengenal negeri ini saja. Ada perasaan khawatir dalam diri saya dengan kepulangan kali ini, karena saya banyak mendengar pengalaman Ibu-Ibu yang pulang ke Indonesia membawa anak yang lahir dari Riyadh. Ada yang berkata,"Biasanya anak Riyadh suka cepet sakit, anak saya minum es yg dijual tukang-tukang yang lewat itu langsung sakit, tapi anak Indo gak sakit, koq bisa ya....?", yang lain berkata, "Nyamuk Indo itu senang sama anak Riyadh, soalnya darahnya manis-manis, anak saya kena DBD sepulangnya ke Indonesia." Hiaaaaaah.....

Ya Robbi...Laa Haulaa wa Laa Quwwata Illaa Billaah....Bismillah, luruskan niat saja....Toh kita juga mau ibadah, mau mengunjungi orang tua dan bersilaturahmi...Semoga dimudahkan Ya Allah...

Di Bandara King Kholid (Bandara Internasional di Riyadh), menunggu pesawat, saya duduk dengan Rumaisha di tempat duduk khusus Akhwat (di planknya sih begitu), namun melihat beberapa ikhwan yang duduk dengan santainya di daerah itu. Saya mau tegur agak segan juga, dan khawatir juga karena teringat pesan suami saya untuk tidak berbicara dengan lelaki ajnabi di negeri ini. Ya sudahlah...saya diamkan saja. Selang beberapa saat, ada polisi bandara, yang menegur pria-pria itu. Akhirnya para pria itu pergi sambil membersihkan sisa-sisa makan mereka disitu. Alhamdulillaah....beginilah negeri ini, walaupun ada sebagian orang yang menghina negeri Islam ini, tapi sisi-sisi perlindungan bagi wanita di sini, belum pernah saya temukan di tempat-tempat yang saya kunjungi. Jadi terbetik dalam hati, bagaimana dengan negara yang menggembor-gemborkan istilah "lady first" itu? hmm....

Menaiki pesawat menuju Singapura (kami menaiki pesawat Singapore Airline), total perjalanan sekitar 10 jam ditambah transit di Dubai selama 1 Jam. Sesampainya di Singapura, kami disambut oleh pihak keluarga (dari keluarga suami saya). Tiga hari mengelilingi Singapura, kesan saya, Singapura adalah negara "tanpa" Sumber Daya Alam, yang memiliki tingkat perekonomian jauh lebih tinggi dari negara yang "kaya" Sumber Daya Alam. Kami diajak ke daerah sekitar "Singapore Marina Bay", reaksi kami? terkagum-kagum serta terkaget-kaget, hehehe....why? Pertama kagum, ketika melihat dari jauh, masyaALLAH megah dan bagus bangeet...bisa-bisanya mereka membangun gedung-gedung nan indah diatas daratan yang asalnya adalah laut, ya...Mertua saya bilang tanah di Singapura ini diambil dari negeri kita (beliau mengucap salah satu daerah yaitu Riau. Hoo...."rada-rada bagaimana gitu ya..." tapi ya memang bagus....Sumber Daya Manusia mereka,memang mendukung...ini pelajaran buat kita, "kualitas manusia merupakan modal yang lebih utama dari pada kekayaan alam, walaupun kesinergisan antara keduanya bisa mendatangkan hasil yang lebih baik." Mengapa saya katakan begitu? Karena rata-rata barang yang berada di Singapura ini merupakan barang impor, mereka jarang memiliki barang khas negara sendiri. Yang saya lihat, mereka memusatkan pada aspek pariwisata, dan mengundang wisatawan asing ke negara mereka...kebayang gak sih negara "tanpa" SDA, mengandalkan aspek pariwisata....yah...itu namanya KERJA KERAS!!! Melalui kerja keras, mental yang kuat, dan berani menghadapi resiko, mereka bisa maju.

Hanya satu yang sayang dari Singapura, terutama dari sisi keagamaan, ini yang membuat kami terkaget-kaget.  Ketika tiba di Marina Bay itu, hampir semua wanita terlihat bagian "atas" dan "bawah". Banyak pasangan muda-mudi yang bercumbu di meja-meja terbuka di beberapa kafe, secara terang-terangan. Musik berdentuman keras. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un, saya paham mungkin ini hal biasa bagi mereka, dan mungkin bagi sebagian penduduk Indonesia. Tapi mungkin karena sekitar 2 tahun saya tinggal di Saudi, tidak pernah melihat seperti ini, saya terkaget-kaget, hati saya sedih, marah, dan cemburu. Hahaha...ya...rasanya saya cemburu, bukan saya ingin seperti mereka, tapi saya kasihan dengan suami saya, hehehe...Susah sekali beliau menjaga pandangan. Lihat kanan salah, lihat kiri salah, lihat bawah, jalannya tak terlihat, kasihannya....untungnya kami hanya sebentar di daerah tersebut dan beranjak mencari makan.

Kalau saya lihat dunia mereka saya kagum, namun ketika saya melihat kondisi keagamaan mereka, saya miris, yah memang susah mencari negara ideal, yang mapan kedua-duanya.

Tiga hari di Singapura...akhirnya kami terbang ke Indonesia, mengunjungi rumah orang tua saya, mertua saya, dan saudara-saudara saya. Alhamdulillah sempat juga bertemu dengan kawan-kawan lama, yang tentunya sudah banyak perubahan.

Sesampainya di rumah mertua, saya dikenalkan oleh tetangga mertua saya, yang memiliki keahlian dalam bekam. Memang saya pernah katakan pada mertua, bahwa saya tertarik untuk belajar bekam. Akhirnya kami saling berkenalan dan ibu ini bersedia mengajarakan saya bekam. Sebuah kalimat yang membuat saya tertarik dengan bekam dan tertarik belajar dengan ibu ini adalah, beliau berkata, "dimanapun kamu berada, harus ada ilmu yang kamu dapat, harus ada yang kamu dapat dari tempat itu." Memang bisa dikatakan beliau termasuk orang yang sering pindah menyesuaikan dengan penempatan tugas suaminya. Beliau bercerita bahwa di setiap tempat yang suaminya ditugaskan disana, dia akan berusaha mengambil pelajaran di tempat tersebut. Bahkan belajar  bekam pun di saat suaminya ditugaskan di tempat tersebut. Ketika pindah ketempat lain, beliau mengambil pelajaran akupunktur, kemudia pelajaran tahsin dan tajwid, kemudian mencoba membuka praktek bekam dan akupuntur, dan banyak lagi yang beliau lakukan setiap suaminya ditugaskan di tempat baru. Beliau juga berkata, " kalau dalam dirimu ada ilmu, maka kamu akan PD mau pergi kemana saja."

Hmm...kata-kata beliau sangat berbekas di hati saya, pertemuan dengan beliau singkat, namun kisah hidup beliau memberi pelajaran yang berharga buat saya. Heheh...yah..ada semangat lagi yang timbul dalam hati saya untuk terus belajar, dan belajar, dimanapun, sampai kapanpun, dan tak pernah puas dengan apa yang disebut ilmu. Jangan pernah lemah untuk terus berusaha, jangan pernah menyerah untuk melatih kreatifitas, tetap fokus melihat semua kesempatan, dan tidak pernah menyiakan kesempatan yang datang, yang mungkin tak akan pernah datang lagi untuk kedua kalinya.

Akhir dari waktu libur kami di Indonesia, alhamdulillah ada yang bisa diambil dan dipetik pelajaran darinya. Rasa kecewa yang dirasa ketika harus pulang ke Indonesia dan tidak bisa beraktifitas seperti biasa (di Saudi) karena keterbatasan sarana dan prasarana, bergantikan dengan pelajaran berharga yang kembali membangkitkan semangat. Alhamdulillaah ya Allaah...semoga semangat ini tetap bersemayam di jiwa ini, dan tetap mengiringi langkah memetik setiap ilmu dimanapun dan kapanpun.
baca selengkapnya - Kelilingilah Bumi ALLAH, dan Ambil Hikmahnya!