Qur'an Flash

Qur'an Flash
"Dan Bacalah Qur'an dengan tartil" (sangat berguna terutama bagi mereka yang sedang haidh atau nifas yang tidak memungkinkan untuk menyentuh qur'an secara langsung)

Rabu, 22 Agustus 2012

Alhamdulillah, Dia Lahir dengan "Mudah"

Isma'il Fathul Fajar... Yap ini dia nama anak kami yang kedua. Alhamdulillah dia telah lahir pada tanggal 16 Juni 2012, pukul 03.30 (pas banget adzan shubuh), di Ummul Hammam, Riyadh (tepatnya di tempat tidur rumah kontrakan, heheh...), dengan berat 3,09 kg, dan panjang 50,5 cm, en of course, baby boy, alhamdulillah.

Ada sesuatu yag cukup unik pada kelahiran anak kedua kami kali ini, dan membuat kami semakin banyak-banyak bersyukur, dan semakin takjub dengan kekuasaan Rabb Semesta Alam, Allah Subhanaahu wa Ta'ala.

Sekitar seminggu sebelum kelahiran, saya merasakan mulas dengan kontraksi teratur pada dini hari, ini terjadi pada pekan ke-38 kehamilan, dan saya berpikir, "wah, ini tampaknya sudah mulai pembukaan (mengingat rumaisha, anak pertama kami  lahir pada pekan ke-37)." Saya sudah mulai menghitung, okeh...tujuh menit sekali...lima menit sekali...wah saya sudah harus siap-siap ke rumah sakit. Tapi saya teringat bahwa King Saud Hospital pada malam hari hanya dijaga oleh dokter laki-laki...hmm...akhirnya saya memutuskan untuk tidur, dan akan berangkat setelah shubuh atau pagi hari. Keesokan harinya...tadaaaaaaaa...kontraksi hilang sama sekali...jadi bingung saya...awalnya saya kira, yah...sepertinya itu kontraksi palsu, istilah kerennya braxton his. Ya sudah...selang 2 hari, saya merasakan kontraksi teratur pada dini hari, waktu yang hampir sama dengan kontraksi pertama...okeh...tarik nafas, saya mulai menghitung lagi...7 menit sekali...5 menit sekali...4 menit sekali...oooo....tapi dengan pikiran yang sama (karena kontraksinya dini hari), saya memutuskan untuk pergi pagi hari saja, dan saya tertidur. Daaaaaaaaaaaan, keesokan harinya, kontraksi itu hilang, dan tidak muncul selama dua hari. Hmm...kemballi saya berpikir, ini mungkin kontraksi palsu, walaupun agak berbeda dengan pengalaman ketika hamil Rumaisha dulu.

Tanggal 16 Juni 2012, dini hari, sekitar pukul 00.30, saya merasakan kontraksi yang sama dengan dua kontraksi sebelumnya...dan saya mengira.."oh...mungkin kontraksi palsu lagi" walaupun begitu saya tetap menghitung, 8 menit sekali...7 menit sekali...saya merasa sakit dan tidak bisa tidur saat itu. Suami saya bangun, dan bertanya," ini sudah kontraksi? mau melahirkan, de?" dan saya menjawab, "kayaknya nggak bang, mungkin kontraksi palsu." Pukul 02.00, masih sekitar 6-7 menit sekali, dan saya tetap berpikir, "ini kontraksi palsu, sabar maya...sabar...tahan...besok insyaALLAH mau check kehamilan." Suami saya kembali bertanya, "Mau dikasih apa de? minum paracetamol?" lalu sambil menahan sakit, saya jawab, "gak usah, ditahan saja, sambil hitung kontraksi, nanti malah dikasih paracetamol, malah gak kerasa sakitnya, terus tidur.." Hmm...

Sekitar pukul 03.00, saya kaget, karena tiba-tiba kontraksi menjadi tidak teratur, tepatnya bukan tidak teratur, tapi kontraksi terus menerus. Saya berpikir, ini kenapa? rasanya sangat berbeda dengan kehamilan Rumaisha (Dulu saat hamil Rumaisha, saya merasakan kontraksi yang teratur sesuai teori yang dibuku-buku, hehehe...sehingga bisa diperkirakan kapan saatnya ke Rumah Sakit). Saya masih belum mengira bahwa ini kontraksi kelahiran, mengapa? Tidak ada flek darah (dulu saat Rumaisha, sekitar 9 jam sebelumnya ada flek darah), dan tidak ada cairan bening yag keluar (ini dari pengalaman mertua dan tetangga), daaan...saya jadi bingung...hilang semua teori-teori di otak...apa ya ini?

Kontraksi kali ini sangat kuat, terus menerus, dan saya terpaksa harus menggigit kain untuk menahan rasa sakit, saat ini saya katakan ke suami saya, "Bang, ayo kita ke rumah sakit, sudah gak tahan sakitnya...terserahlah mau palsu atau nggak, tapi ke rumah sakit dulu..", karena saat ini mau adzan shubuh, akhirnya suami saya bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan persiapan sholat, "iya, sebentar, abang mau ambil wudhu dulu." kata beliau.

Saya terus menahan sakit di kamar, dan akhirnya saya merasa ingin buang air kecil, tapi saya bingung mengapa rasa ingin buang air kecil ini tidak bisa di tahan, lalu tiba-tiba saya lalu terpikir.."oh tidak, sepertinya ini ketuban pecah (perasaan yang sama, ketika ketuban pecah pada kehamilan Rumaisha)." Ya sudah, akhirnya karena tidak bisa berdiri lagi, saat ketuban pecah, saya persiapkan mental, "sepertinya ini akan lahir di rumah." Saat ketuban pecah, disitu pula keluar darah, lalu saya merasa ada dorongan dari bawah, dan...ya Allah....ada sedikit bagian kepala bayi yang keluar!! Panik? Jelas!!! Saya ambil posisi melahirkan, sudah tidak peduli apa-apa lagi, yang saya pikirkan cuma satu, "Anak ini harus lahir selamat ya Allah.." Tidak ada alas, tidak ada suami, hanya ada Rumaisha yang duduk disamping saya karena baru bangun tidur...Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...Saya merasakan dorongan yang sangat kuat dari bawah, dan akhirnya sekuat tenaga saya mengedan, dan berteriak memanggil suami saya...Suami saya lalu bergegas kekamar, "apa, De?" lalu beliau melihat bayi tersebut lahir (biidznillah) dan keluar sendiri bertepatan dengan dikumandangkannya adza Shubuh. Panik menyelimuti suami saya, beliau berkata, " Ya ALLAH, ade....ini bagaimana? apa yang disiapkan? bagaimana potong tali pusarnya?" (dengan wajah panik -baru satu kali itu saya lihat wajah beliau yang panik, heheh- dan tangan menggantung). Satu kali saya mengedan...Ya ALLAH...alhamdulillah....anak kami lahir dengan mudah, dia keluar dan langsung tengkurap di tempat tidur, lalu berbalik sendiri, kemudian menangis...Alhamdulillah...ya ALLAH...

Tangisannya membuat saya lega...namun saya tetap panik!! lalu saya bilang ke suami, "Panggil ambulans! panggil ambulans, bang, cepat!" Suami bingung, tidak ada nomor ambulans di rumah, tidak ada persiapan sama sekali. Akhirnya suami telepon ambulans King Saud Hospital, tapi ternyata mereka tidak bisa menjemput ke rumah, akhirnya suami diberitahukan nomor ambulans Red Crescent (Bulan Sabit Merah), dan bergegaslah suami menghubungi nomor tersebut. Suami juga menghubungi teman-temannya, dan memanggil tetangga kami.

Tetangga saya, mba Eidda, saat mendengar kericuhan, beliau langsung menuju ke kamar saya, beliau menenangkan saya, "Sabar ya maya..sabar.." saat itu saya masih panik, dan alhamdulillah kedatangan beliau lumayan mengurangi rasa panik saya. Suami mba Eidda ini memberi petunjuk jalan menuju rumah kepada mobil ambulans (terima kasih kepada Pak Rizal dan Mba Eidda, maaf yah sudah banyak merepotkan dan bikin gaduh, hehe..).

Lalu saya periksa bayi tersebut, saya hitung jarinya, saya perhatikan semua anggota tubuhnya, alhamdulillah ya ALLAH sempurna...lalu tiba-tiba, cuuuuuurr...saya kaget! lalu saya lihat ke sumber pancuran tersebut..oh..alhamdulillah laki-laki! (sebelumnya saya tidak tahu laki-laki atau perempuan, karena saat di USG, kata dokter, posisi bayinya membelakangi, jadi tidak terlihat). Selama menunggu ambulans datang, saya bersyahadat (dipikiran saya, bisa jadi saya meninggal saat ini), saya lakukan inisiasi menyusui dini (IMD), alhamdulillah dede bayi bisa mengisap.

Tiga puluh menit kemudian, mobil ambulans Bulan Sabit Merah datang. Sesaat sebelum datang, suami saya menutupi saya dengan kain, lalu memasangkan kerudung dan cadar ke wajah saya, alhamdulillah semua tertutup. Lalu ketika petugas medis (biasanya laki-laki, makanya sebelumnya pakai hjab dulu) sudah sampai di kamar, dia persiapkan alas dan alat-alat steril. Lalu dipotonglah tali pusar tersebut, kemudia di klep di kedua sisi, sisi bayi, dan sisi ibu. Kemudian saya mendengar mereka berdiskusi tentang plasenta, apakah sudah keluar atau belum, Lalu saya katakan, " No, i want it deliver at hospital (tidak disini, saya ingin plasenta lahir di rumah sakit). Lalu mereka memeriksa keadaan bayi, lalu bertanya tentang riwayat kehamilan, apakah cukup bulan atau tidak? apakah ada diabetes atau tidak? dan apakah ada catatan medis di rumah sakit tertentu atau tidak. Segera setelah itu, mereka memasukkan tandu ke dalam kamar, dan menaikkan saya ke atas tandu, daaan...dede  bayi bagaimana? Disini saya salut sama suami saya (hoaaaah), ketika saya di atas tandu dan digotong ke dalam ambulans, suami saya menggendong anak kami yang baru lahir ditangan kiri dan menggendong Rumaisha yang menangis di tangan kanan, masyaALLAH... baarokallaahufiik zaujy...semoga ALLAH senantiasa menganugerahimu kebaikan di dunia dan akhirat.
Suami saya, dan kedua anak kami ikut memasuki ambulans dan duduk di samping saya, dan berangkatlah kami menuju King Saud Hospital, dimana selama ini saya mengontrol kehamilan saya.

Sesampainya di King Saud Hospital, setelah mengurusi administrasi, akhirnya bayi kami, diambil, diperiksa, dimasukkan ke ruangan perawatan bayi. Saya kemudian di masukkan ke ruangan bersalin, dikondisikan semua keadaan fisik dan mental. Lalu beberapa saat kemudian dikeluarkanlah plasenta dan diperiksa keseluruhan. Alhamdulillah semuanya sehat...Alhamdulillah ya ALLAH...

Hmm..kenapa agak-agak heboh ceritanya? Padahal kan melahirkan di rumah? hehe...Jadi, di Riyadh ini, rata-rata orang melahirkan di Rumah Sakit, tidak di rumah, karena sulit untuk memanggil Dokter atau Bidan (gak tau ada gak tau nggak disini), atau ambulans untuk menangani kelahiran. Dan tentu saja tidak bisa mengandalkan tetangga juga, apalagi keluarga (karena mereka di Indonesia -untuk WNI-, hehe), so...? Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...hanya kemudahan dari ALLAH-lah yang kita harapkan di negeri orang ini.




Menanggapi kericuhan subuh ini ada dua respon tetangga saya yang cukup unik:
1. tetangga pertama (Pak Rizal dan Mba Eidda): Ada kebakaran..! (mungkin karena mendengar teriakan kali ya..hehe..maaf yah).
2. tetangga kedua (Abu dan Ummu Ahmad): Ada malingkah?...(heeee...mungkin pas petugas medis masuk ke dalam rumah, maklumlah kami 3 keluarga tinggal dalam satu rumah, masing-masing menempati satu kamar, hehe...maaf juga yah tetanggaku...jadi bikin heboh subuh-subuh..).




2 komentar:

  1. Bismillah,

    Selamat ya Maya, pertama Selamat id dan maaf lahir bathin, Salut buat maya yang tabah. Sebenarnya Ummu Huda sudah dengar cerita dari Umi Mila di Bandung, tapi tidak seheboh dan sehebat cerita dari pelaku sendiri.
    Semoga jadi anak yg sholeh. Aamiin.
    Ummu Huda di Medan (081221376293).

    BalasHapus
  2. assalaamu'alayk...iya um..sama-sama 'afwan ini baru di balas ya um, baru bisa pegang pc lagi...heheh...iya aamiin...alhamdulillaah...

    nanti insyaALLAH kl ke medan, mudah2an kita bisa ketemu ya um...baarokallaahufiik...

    BalasHapus