Qur'an Flash

Qur'an Flash
"Dan Bacalah Qur'an dengan tartil" (sangat berguna terutama bagi mereka yang sedang haidh atau nifas yang tidak memungkinkan untuk menyentuh qur'an secara langsung)

Sabtu, 22 Januari 2011

Berbagi Hikmah (1): مراقبة الله (Kisah 'Umar dan Seorang Gadis Kecil)



Alhamdulillah, tak terasa telah menginjak satu tahun berada di negeri gurun ini, Banyak hikmah dan pelajaran -alhamdulillah- yang terpetik dari perjalanan hidup di sini. Terkadang ku dapati hikmah yang indah dalam sebuah majelis. Ingin rasanya kuabadikan hikmah itu dalam 'aql dan hati ini, namun sungguh kelemahan itu terletak pada keduanya. Ku mulai menulis, berharap ini menjadi solusi atas kelemahanku yang terkadang melupakan hikmah yang telah kuraih. Ku ingin menggenggamnya, dan merasakannya selalu ada sebagai pengingat keseharianku.

Saya memulai, sebenarnya telah banyak hikmah yang diajarkan kepada kami di daar adz-Dzikr, sekolah untuk da'wah dan pendidikan agama Islam yang berada di Riyadh. Sekolah ini dikhususkan untuk muslimah (atau non muslim yang tertarik dengan Islam) untuk memperluas pengetahuannya tentang Islam. MasyaALLAH, kalau boleh saya katakan sekolah ini bisa menjadi sebuah miniatur ukhuwah islamiyyah yang baik. Mengapa? Karena di dalamnya terdapat berbagai macam kewarganegaraan, berkomunikasi dengan bahasa universal, bahasa 'arab dan bahasa inggris (untuk tamhidi). Salam pada orang yang dikenal maupun tidak, senyum, tegur sapa, saling menasihati, saling membantu, saling tukar pikiran, saling mengingatkan dari ghibah, saling memperbaiki kesalahan, dan banyak keistimewaan lainnya. Alhamdulillah ya ALLAH atas segala nikmat ini.

Baiklah, di lain waktu kalau ada yang tertarik mengetahui sekolah ini bisa kirim ke email saya. Saya di sini akan memulai cerita tentang hikmah yang saya dapat hari ini dari pelajaran Murooqobatullah. Kali ini guru kami -hafidzohallaahuta'ala-  bercerita tentang sebuah kisah di zaman Khalifah 'Umar Ibn Al-Khottob -radiyallaahu'anhu-.

'Umar Ibn Al-Khottob adalah seorang khalifah kedua setelah Abu Bakr -ash-Shiddiiq-. Seorang khalifah yang tawaddhu' dan 'adil.

Di sini mu'allimah kami berkata, " Umar bin khatab itu tidak pernah terlihat sebagai khalifah dari pakaiannya, dari rumahnya, dan dari harta dunia lainnya. Bahkan pernah sebuah utusan bertanya tentang khalifah ke seorang penduduk setempat dan orang tersebut menjawab, " itu dia khalifah!" (Mudah ditemukan karena Beliau selalu berada di tengah-tengah rakyat dan tidak menunjukkan perbedaan dengan rakyat biasa). Bahkan ada sebagian rakyat yang tidak mengetahui kalau beliau adalah khalifah"

Beliau memiliki jasa yang agung terhadap kaum muslimin, Diantaranya membuat kalender hijriyyah (berdasarkan hijrah Nabi -sholallaahu'alaihi wasallam- dari Mekah ke Madinah), dan menetapkan bulan Muharram sebagai bulan pertama. Selain itu, pada masanya daulah islamiyyah semakin luas, dan beliau membuka Syams, 'Iraq, Mesir, dan Palestina.

Di sini guru kami bertanya kepada kami. Siapa sajakah yang membuka Palestina (membebaskan Palestina)?
" Al-awwal: ''Umar ibn al-khottoob, ats-tsaaniy: Sholahuddiin, wa ats-tsaalits?" Kami terdiam dan guru kami menjawab: "ats-tsaalits nahnu, insyaALLAH" , artinya: Dan yang ketiga kita InsyaALLAH, kita yang akan membebaskan Palestina, karena itu tanah kita dan masjid kita berada di dalamnya (Masjidil Aqso). Dalam hati saya, "Amiin Ya ALLAH"

Kisah berlanjut..
Suatu malam 'Umar melakukan "inspeksi rutin" terhadap keadaan rakyatnya. Maka terdengarlah oleh 'Umar sebuah percakapan antara seorang ibu dan anak secara tidak sengaja.

Disini mu'allimah bertanya," Bagaimana 'Umar bisa mendengar percakapan ini? Apakah beliau merapatkan diri kemudian menguping pembicaraan tersebut?" Jawabannya: "Tidak, sesungguhnya, pada zaman dahulu, rumah-rumah itu terbuat dari bahan yang tipis (mungkin maksud beliau semacam gubuk di Indonesia), dan tidak memiliki atap, sehingga setiap pembicaraan terdengar apalagi ketika malam yg pada umumnya orang lain sudah terlelap. Khalifah biasa melakukan inspeksi ini, karena beliau takut dengan pertanggungjawaban di hadapan ALLAH. Bagaimana nanti jika ALLAH bertanya, " Di sini ada rakyatmu yang begini dan begini, apakah kamu tahu?" Sehingga 'Umar senantiasa melakukan hal ini pada malam hari dan pada siang hari beliau bergabung dengan rakyatnya."


Ibu," Wahai anakku, siapkan susu-susu yang akan kita jual esok pagi."
Anak, "Baiklah, Bu."
Ibu," Dan letakkanlah sebagian air (hanya sedikit) ke dalam susu tersebut (maksudnya agar jumlah susu menjadi banyak sehingga mendapat keuntungan yang banyak pula)"
Anak tersebut pun terkejut dan berkata," Wahai ibuku, tidakkah engkau tahu bahwa perbuatan ini adalah Ghisy (curang), dan khalifah 'Umar melarang kita untuk mencampur susu dengan air?"
Ibu," Masukkan sebagian air itu wahai anakku, tidak mengapa, sesungguhnya Khalifah tidak melihatnya."

Dan jawaban ini-lah yang diucapkan oleh gadis kecil ini. Dan melalui jawaban inilah sebuah taqdir indah tergariskan.

Anak, "Tidak tahukah engkau wahai ibuku, walaupun seandainya Khalifah tidak melihat kita, sesungguhnya ALLAH melihat kita."

Maka terkejutlah 'Umar bin Khatab -radhiyallaahu'anhu- mendengar jawaban tersebut. Hatinya senang, dan gembira. Ia menemukan seorang gadis yang memiliki sifat muraqabatullah, Ia menemukan seorang gadis yang paham tentang Rabbnya dan agamanya. Ditanyakanlah pada penduduk sekitar tentang gadis ini dan keluarganya. 'Umar menginginkan gadis ini untuk dinikahkan dengan seorang puteranya, yang bernama 'Ashim. Dari pernikahan inilah kelak akan terlahir seorang khalifah. Dimana pada masanya tidak ada ahlul zakat. Semua kehidupan rakyat makmur dan sejahtera. Beliaulah Khalifah 'Umar bin Abdul 'Aziz, dan gadis kecil itu adalah neneknya.

MasyaALLAH...

Disini mu'allimah kami memberi sebuah hikmah (kurang lebih begini)," Inilah dampak yang didapat dari jiwa yang memiliki sifat muroqobatullah. Seorang ibu, jika ia memiliki sifat ini, maka ia akan menjadi pendidik yang baik, ia akan bisa melahirkan generasi yang baik pula. Ia akan mengajarkan keturunannya tentang Rabbnya dan agamanya dengan baik, sehingga keturunannya akan mengenal Rabbnya dengan baik, dan kehidupan pun menjadi baik."


Ada yang menarik dari kisah ini, saya tidak tuliskan dengan warna hitam, karena ini tidak tertulis dalam buku pelajaran kami, hanya ditambahkan oleh mu'allimah kami, dan beliau berkata,"terdapat tambahan dalam riwayat lain seperti ini:


Ketika 'Umar mendengar jawaban gadis tersebut, seketika itu juga 'Umar mengambil karung makanan pokok dari gudang penyimpanan. Ia mengetok pintu rumah tersebut, meminta izin untuk memasakkan makanan bagi keluarga tersebut. Ibu dan gadis itu terheran-heran, mereka tidak mengenali bahwa orang tersebut adalah Khalifah 'Umar bin Khatab -rodhiyallaahu 'anhu-. Seusai 'Umar memasak dan memberi makan kepada keluarga tersebut, Sang Ibu berkata, " Semoga ALLAH membalas kebaikanmu, sesungguhnya kamulah yang pantas menjadi khalifah, 'Umar tidak pantas menjadi khalifah, kamulah yang sangat pantas menjadi khalifah..."


Subhanallah...semoga ALLAH meridhoimu wahai Khalifah Mutawadhdhi'an wa 'Adilan, 'Umar bin Khatab.






n.b: Mungkin kalian akan menemukan banyak versi dari kisah ini, saya hanya mengambil dari buku yang saya pelajari di Daar Adz-Dzikr dan dari kisah guru kami, -hafidzohallaahu ta'ala-

1 komentar:

  1. Subhanallah...
    Ana Izin reblog di hanifatunnisaa.wordpress.com ya ukh.

    Baarokallahu fiik

    BalasHapus